Garam Kok Langka? Padahal Laut Indonesia Luas. Begini Lho Proses Pembuatan Garam

Proses pembuatan garam dengan direbus
Belakangan ini kita dihebohkan dengan kelangkaan garam sehingga membuat harganya merangkak naik berlipat-lipat. Mungkin Anda heran kenapa garam bisa langka di negara Indoneia yang lautnya begitu terbentang luas. Logika kita sebagai orang awam begitulah yang ada di pikiran.

Namun, tahukah Anda bahwa pembuatan garam tak seperti membalikkan telapak tangan. Butuh proses yang lumayan panjang hingga air laut menjadi butiran kristal putih yang disebut oleh kita garam. Pembuatannyapun tergantung cuaca bagi yang tradisional.

Nah,untuk lebih lengkapnya kita uraikan dari awal bagaimana cara pembuatan garam.

Proses pembuatan garam secara tradisional bisa dibilang ada dua jenis yaitu dengan metode penguapan dengan sinar matahari di tambak-tambak garam dan dengan cara teknik perebusan.

Untuk proses pembuatan garam dengan penguapan sinar matahari biasanya para petani garam membuat garam dengan metode petakan-petakan untuk penguapan.

Untuk mendapatkan hasil garam yang baik dengan kristal yang besar, petani garam biasanya secara langsung menguapkan air laut yang dialirkan pada petakan-petakan untuk menghasilkan kadar baume -massa jenis cairan/kepekatan/kekentalan- yang tinggi sekitar 20–25 Be (untuk pengukuran menggunakan Baumemeter), tapi biasanya untuk petani tradisional mereka menggunakan insting saja, sangat jarang sekali petani tradisional menggunakan alat baumemeter.

Mengalirkan air pada tiap petakan untuk menghasilkan kadar baume yang diinginkan dengan teknik penguapan sinar matahari, setelah itu air laut dimasukan ke petakan khusus untuk meja garam lalu diuapkan dengan sinar matahari selama 7 hari lalu dengan sendirinya air tersebut akan berkurang dan menjadi Kristal garam.

Beda halnya dengan proses perebusan garam, untuk proses pembuatan garam dengan metode perebusan yang tradisional biasanya pertama kali yaitu dengan menggunakan garam yang masih kasar yang sudah jadi lalu dilarutkan dengan air, setelah air sudah tercampur dan garam sudah terlarut air tersebut biasanya difilter (disaring) agar air jernih, setelah melalui proses penyaringan air tersebut direbus dengan menggunakan bara api sekitar 3 – 4 jam bahkan lebih, setelah itu jadilah garam rebus.

Perbedaan garam rebus dengan pembuatan garam yang mengunakan teknik penguapan panas matahari ialah jika garam rebus hasilnya lebih halus sedangkan garam dengan menggunakan pemanasan matahari akan lebih kasar.

Dengan cara tradisional untuk kolam penguapan alas dasarnya dari tanah begitu pula untuk kolam meja garamnya. Memang airnya meresap tapi tidak terlalu signifikan tergantung proses pengolahan lahannya.

Untuk proses pembuatan garam dengan cara semi intensif sudah ada yg menggunakan bahan geoisolator baik dari bahan HDPE ataupun LDPE (permukaan tanah pada meja garam menggunakan bahan HDPE/ LDPE).

Untuk pola yang lahannya disemen itu menurut para petani kurang efektif karena panas bumi saat malam hari tidak bisa menguap karena terhalang oleh semen tersebut, beda dengan menggunakan geoisolator HDPE/LDPE walaupun malam hari panas tetap bisa menyerap bahkan bisa menyimpan panas.

Begitulah kira-kira cara buat garam yang membutuhkan beberapa hari dan tergantung dengan sinar matahari.

0 Response to "Garam Kok Langka? Padahal Laut Indonesia Luas. Begini Lho Proses Pembuatan Garam"

Post a Comment