Misteri Titanic (Bagian 4)

Ketika saya bertemu dengannya di Atlanta, dia tengah duduk di depan komputer, berusaha mengorek setumpuk puing-puing hasil pemotretan tahun 2010 di dekat buritan Titanic. Sebagian besar ekspedisi Titanic berfokus pada bagian haluan yang lebih bagus foto-fotonya, yang tergeletak lebih dari setengah kilometer dari sebagian besar reruntuhan, tetapi Sauder berpendapat bahwa daerah sekitar buritan itu mungkin sekali akan menjadi daerah pusat penelitian pada tahun-tahun mendatang. "Haluan memang sangat menarik untuk diteliti, tetapi kami sudah menelitinya ratusan kali," kata Sauder. "Semua reruntuhan dari sini ke selatanlah yang menarik minat saya."

Sauder mencari sesuatu yang dapat dikenali, bagian-bagian kecil di antara serpihan yang berantakan di sekitar buritan. "Kita membayangkan reruntuhan kapal seperti kuil Yunani di atas bukit—sangat indah," katanya. "Padahal tidak demikian. Reruntuhan kapal ibarat lokasi industri: tumpukan lempengan dan paku keling dan tali pengencang. Jika kita berniat menafsirkan reruntuhan ini, kita harus menyukai lukisan Picasso."

Sauder memperbesar gambar yang sedang diamatinya, dan dalam beberapa menit berhasil memecahkan, setidaknya, sebagian kecil misteri di dekat buritan itu: di atas reruntuhan tampak daun pintu ayun dari perunggu yang sudah penyok, mungkin berasal dari ruang duduk kelas satu. Ini pekerjaan yang membutuhkan waktu dan kesabaran luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang mengenal setiap jengkal kapal tersebut dari proyek penyelidikan yang sangat rumit, yang dapat membuat Bill Sauder sibuk selama bertahun-tahun.

Pada akhir Oktober, saya berada di Pantai Manhattan, California, di dalam sebuah studio film seukuran hanggar pesawat. Di sini James Cameron, dikelilingi peralatan dan model memesona yang berasal dari film garapannya pada 1997, Titanic, mengumpulkan sejumlah pejabat kelautan paling terkemuka di dunia. Bersama Cameron, Bill Sauder, dan penjelajah RMST Paul-Henry Nargeolet, di meja bundar itu tampak pula sejarawan Titanic , Don Lynch dan seniman Titanic yang terkenal, Ken Marschall, bersama seorang insinyur kelautan, pakar kelautan Woods Hole, dan dua arsitek U.S. Navy.

Cameron menjuluki dirinya sebagai "orang sinting tukang menghitung paku keling Titanic," pembuat film ini pernah memimpin tiga ekspedisi ke lokasi reruntuhan. Dia membuat dan merintis robot baru penggulung-serat yang gesit yang menghasilkan gambar bagian dalam kapal yang belum pernah terlihat sebelumnya, termasuk pemandangan sekilas ruang sauna Turki yang memikat dan beberapa kamar tidur yang mewah. (Lihat "Ibarat Hantu Menjelajahi Titanic," halaman 100.)

Cameron berambut putih, berjanggut pendek yang juga berwarna putih, dan apabila dia sudah tersulut membicarakan masalah Titanic , mimik wajahnya tampak semakin serius. Cameron juga pernah memfilmkan reruntuhan kapal perang Bismarck dan sekarang tengah membangun sebuah kapal selam untuk membawa dirinya dan timnya ke Mariana Trench. Namun, Titanic tetap memikat perhatiannya. "Terdapat gabungan yang sangat aneh antara biologi dan arsitektur di bawah sana—semacam biomechanoid," katanya kepada saya. "Menurut saya sangat indah dan unik. Kita benar-benar merasa mengunjungi Tartarus—dunia yang lain."

Sumber: http://nationalgeographic.co.id

0 Response to "Misteri Titanic (Bagian 4)"

Post a Comment