"Ini mengubah segala-galanya," ujar ilmuwan James Delgado, ahli arkeologi di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), kepala ekspedisi itu. "Dulu, berusaha memahami Titanic ibarat berusaha menjelajahi New York City saat tengah malam dalam hujan badai—dengan lampu senter. Sekarang sudah ada lokasi yang dapat dipahami dan diukur, serta benda-benda yang juga jelas. Pada tahun-tahun mendatang, peta bersejarah ini dapat memberikan informasi tentang para penumpang yang selama ini dipenuhi misteri, yang dulu seakan-akan untuk selamanya terkubur dalam air laut yang dingin."
Mengapa, satu abad kemudian, orang masih menghabiskan begitu banyak tenaga dan pikiran serta kecanggihan teknologi untuk meneliti kuburan rongsokan logam yang terendam sekitar empat kilometer di bawah permukaan laut itu? Mengapa, Titanic memancarkan daya pikat yang begitu kuat menarik daya khayal kita?
Bagi sejumlah orang, kemewahan karamnya Titanic itu saja sudah merupakan daya tarik luar biasa. Bagi yang lain, daya pikat Titanic terbatas hanya pada kisah para penumpangnya. Titanic tenggelam dalam waktu dua jam 40 menit, cukup lama untuk menampilkan 2.208 kisah tragis-epik di atas pentas. Konon ada seorang pengecut yang berusaha masuk ke sekoci penyelamat dengan mengenakan baju perempuan, tetapi kebanyakan tampil dengan terhormat, bahkan banyak yang menjadi pahlawan. Nakhoda tetap berada di tempatnya bertugas, band terus memainkan lagu, operator radio nirkabel Marconi terus mengirimkan sinyal darurat sampai saat-saat terakhir. Sebagian besar penumpang tetap berada dalam kelompok kebangsawanan mereka masing-masing. Bagaimana mereka menjalani detik-detik terakhir kehidupan mereka merupakan ihwal yang menarik bagi orang di seluruh dunia, tarian kematian yang tak pernah berakhir.
Tetapi, ada sesuatu selain nyawa manusia yang ikut tenggelam bersama Titanic: Ilusi tentang dunia yang tertib, keyakinan akan kemajuan teknologi, dambaan akan masa depan yang, tatkala Eropa terseret memasuki perang besar-besaran, segera digantikan oleh rasa takut dan kengerian yang sangat dikenal dalam dunia kita yang modern. "Malapetaka Titanic ibarat pecahnya gelembung waktu," kata James Cameron. "Kemewahan dan kemudahan amat berlimpah dalam dasawarsa pertama abad ke-20 itu. Elevator! Mobil! Pesawat terbang! Radio nirkabel! Semuanya tampak serba menakjubkan, kemajuan tanpa akhir. Kemudian, semuanya ambruk."
Reruntuhan kapal istimewa ini diriwayatkan di banyak tempat—di lokasinya sendiri, di ranah hukum, dan secara kiasan—tetapi, yang paling surreal adalah yang ditampilkan di Las Vegas Strip. Di Hotel Luxor, di arena hiburan di lantai atas yang terletak di sebelah ruang pertunjukan tarian striptease dan Menopause the Musical, terdapat pameran yang menampilkan artefak Titanic yang diangkat dari dasar laut oleh RMS Titanic, Inc., pihak penyelamat reruntuhan yang sah sejak 1994. Lebih dari 25 juta orang telah menyaksikan pameran ini dan pameran RMS Titanic (RMST) yang ditampilkan di 20 negara di seluruh dunia.
Sumber: nationalgeografhic.co.id
0 Response to "Misteri Titanic (Bagian 2)"
Post a Comment